TENTANG PENGERTIAN DOSA MENURUT
SUKU TIMOR, AGAMA ISLAM, AGAMA HINDU,DAN AGAMA BUDHA
1. PENGERTIAN DOSA MENURUT
SUKU TIMOR
A. PENGERTIAN DOSA MENURUT
SUKU TIMOR
ASuku Dawan adalah salah satu suku
terbesar dari beberapa suku lain: “Tetun, Bunak, Helon, Kemak, Rote dan Sabu.
Suku Dawan menempati seluruh wilayah Timor Barat yaitu kabupaten Kupang, Timor
Tengah Selatan (TTS), dan Timor Tengah Utara (TTU). Masyarakat suku Dawan hidup
dalam kelompok-kelompok berdasarkan kanaf (marga). Setiap kanaf memiliki adat
istiadatnya masing-masing.
Masyarakat Timor Dawan disebut juga
sebagai orang atoni (manusia). Orang atoni biasanya hidup di daerah pedalaman
yang bersifat amat kering. Masyarakat Dawan umumnya bekerja sebagai petani.
Oleh karena itu, hidup mereka sangat tergantung dari alam. Alam dapat membawa
kebahagiaan dan kesejahteraan bagi manusia dan juga bisah mendatangkan
malapetaka. Hal ini tergantug bagaimana manusia mengusahakannya.
Untuk menjaga keharmonisan dengan
alam, masyarakat Dawan meiliki berbagai tradisi lisan. Tradisi-tradisi lisan
tersebut
berkaitan erat dengan bahasa-bahasa
ritual dan upacara formal dalam masyarakat tersebut. Kehidupan masyarakat Dawan
meliki hubungan yang erat antara ritus dan mitos pertanian, yang juga
berhubungan erat dengan keyakinan religius tradisional. Kehidupan masyarakat
dawan selalu diwarnai oleh berbagai ritus primitif dalam setiap kegiatan hidup
mereka.
B. POLA HIDUP
Masyarakat Dawan Masyarakat Dawan
yang hidup di daerah pulau Timor umumnya hidup dalam kelompok-kelompok,
membentuk komunitas berdasarkan kanaf (marga). Komunitas ini hampir bersifat
ekslusif dengan latar belakang budaya yang berbeda-beda. Masyarakat Dawan pada
umumnya hidup dengan bercocok tanam dan beternak. Hal ini merupakan pengaruh
yang sangat besar dari komposisi tanah, iklim dan sumber air di wilayah
tersebut. Keadaan tanah berupa tanah liat berpori yang mengandung kapur sangat
sulit bagi tumbuhnya vegetasi penutup. Pada saat musim hujan keadaan tanah
banyak mengandung air dan mengembang ketika sudah penuh dengan air hujan.
Pada saat musim kemarau, tanah
menjadi kering dan sangat sulit menemukan sumber air di daerah-daerah yang
lebih rendah. Faktor-faktor alam seperti inilah yang mebuat masyarakat lebih
memilih tinggal di daerah-daerah pegunungan yang banyak air. Daerah pegunungan
merupakan pusat pemukiman dan pusat pertanian. Daerah pegunungan merupakan
pusat pengembangan usaha tani lahan kering yang di dominasi oleh tanaman
palawija dan jagung. Daerah atau wilayah yang keadaan tanahnya berupa tanah
liat umumnya digunakan sebagai bahan dasar untuk kerajinan. Misalnya membuat
periuk dari tanah liat, patung-patung, pot bunga, asbak rokok, dan jenis
kerajinan tangan lainnya yang memiliki nilai jual yang tinggi. Sementara untuk
tempat pertanian, umumnya mereka memilih dataran tinggi sebagai tempat
mengembangkan usaha pertanian. Masyarakat Dawan mengembangkan usaha pertanian
di daerah pegunungan; berpindah-pindah tempat dengan sistem tebas-bakar.
C. KONSEP
ALAH
Menurut Masyarakat Dawan Jauh
sebelum agama Kristen masuk ke Pulau Timor, masyarakat Dawan telah memiliki
konsep tentang “Yang Ilahi”. Pengalaman akan “Yang Ilahi” dialalami dalam seiap
kegiatan hidup manusia. Pengalaman hidup merupakan titik tolak hidup religius
atau beragama.
Sudah sejak zaman dahulu masyarakat
Dawan mengahadapi kenyataan hidup yang tidak dapat ditangkap secara rasional.
Apa yang dialami dalam kehidupannya ditanggapi sebagai suatu misteri. Misteri
tersebut tidak sama dengan teka-teki. Ia adalah misteri besar yang tidak pernah
dimengerti, namun tidak disangkal kebenarannya dalam setiap pengalaman manusia.
Oleh karena itu, masyarakat Dawan menyebut “Yang Tertinggi” itu dengan sebutan
Uis Neno. Ada beberapa konsep Alah :
Ø Uis
Neno (Tuhan )
Uis Neno berasal dari kata Uis atau
Usi artinya Raja, Tuan, Yang Empunya, sedangkan Neno artinya hari, langit, Yang
tertinggi. Uis Neno diartikan sebagai Dewa atau “Tuhan”.
Uis Neno adalah “Dewa Langit” atau
“Dewa Tertinggi”, memiliki kekuatan yang lebih tinggi, dan berkuasa atas langit
dan bumi yang diyakini oleh masyarakat Dawan sebagai “Tuhan”.
Peranan Uis Neno Bagi Masyarakat
Dawan Kehadiran Uis Neno bagi masyarakat Timor Dawan lahir dari pengalaman
perjumpaan dengan ciptaan yang lain. Pengalam itu dirasakan sebagai sesuatu
yang menggetarkan dan melampaui daya nalar manusia. Pengalaman inilah yang
membuat masyarakat Timor Dawan sampai pada suatu kesimpulan bahwa “sesuatu yang
tidak dapat dimengerti itu adalah Tuhan, yang bagi masyarakat Dawan adalah Uis
Neno.
Peran Uis Neno dalam masyarakat Dawan, dilihat
berdasarkan sifat-sifat ilahi-Nya yakni:
1. Apinat
ma Aklaat: menyala dan membara Hal ini
mengindikasikan Uis Neno dengan matahari. Kekuatan panas dan cahaya matahari
yang dasyat tidak dapat ditandingi oleh kekuatan panas atau cahaya manapun. Uis
Neno yang adalah Mahakuasa tidak dapat dilampaui oleh kuasa manapun. Uis neno
adalah matahari dan cahaya sejati.
2. Amoet
ma Apakaet: pencipta dan pemelihara Uis Neno
adalah Tuhan pencipta alam semesta beserta segala isinya. Ia adalah penyebab
segala sesuatu. Dia adalah penguasa langit dan bumi dan segala mahkluk harus
tunduk kepada-Nya.
3. Alikin
ma Apean: pembuka jalan dan mengatur kehidupan
Uis Neno adalah penyebab awal dari segala sesuatu. Dia yang pertama memulai
segala sesuatu dan segala mahkluk tergantung kepada-Nya. Ia juga yang mengatur
seluruh perjalanan hidup manusia. Ia adalah alva dan omega, awal dan akhir.
Ø Uis
Pah atau Pah Tuaf (Dewa Bumi)
Uis Pah adalah sebutan untuk roh
yang dianggap berkuasa atas tanah. Menurut kerpercayaan masyarakat Dawan,
roh-roh tersebut adalah penghuni pohon-pohon besar, batu-batu besar, sungai dan
gunung. Dewa ini dianggap sebagai dewi wanita yang mendampingi Uis neno.
D.
TRADISI FUA PAH
Telah dikatakan bahwa selain Tuhan
tertinggi (Uis Neno), masyarakat dawan juga mengakui adanya Tuhan bumi (Uis Pah
atau Pah Tuaf). Telah dikatakan juga bahwa keduanya memiliki sifat khasnya
masing masing. Uis Neno memiliki sifat-sifat yang baik sedangkan Uis Pah atau
Pah Tuaf memiliki sifat-sifat yang tidak baik atau merugikan. Oleh karena itu,
manusia harus mengambil hati mereka denagan mengadakan upacara-upacara
ritul.
Asal Usul Pemberian Nama Uis Neno
adalah “Dewa Tertinggi” yang tidak dapat disebutkan namanya secara langsung. Ia
adalah “Tuhan” yang berkuasa atas langit dan bumi. Kepada “Dewa Tertinggi” ini,
masyarakat Dawan Menyebutnya sebagai Uis Neno, Tuhan hari atau langit. Yang
memberikan nama Uis Neno kepada “Tuhan-nya orang Dawan Kristen” adalah para
msionaris pada zaman penjajahan Portugis.
2. PENGERTIAN DOSA MENURUT AGAMA ISLAM
A.
SEBAB-SEBAB KEKAFIRAN
Yaitu
perkara-perkara yang apabila dilakukan oleh seseorang, maka atas orang tersebut
dihukumi bahwa orang itu adalah kafir. Dan sebab-sebab kekafiran menurut hukum
dunia itu hanya ada dua saja dan tidak ada yang ketiganya, yaitu perkataan yang
mengkafirkan dan perbuatan yang mengkafirkan [di antaranya meninggalkan atau
menolak]. Dan sebetulnya seorang hamba juga bisa kafir dengan keyakinan yang
mengkafirkan yang dilakukan oleh hatinya, hanya saja keyakinan hati tidak bisa
ditetapkan dengan hukum dunia kecuali keyakinan hati itu tampak dalam ucapan
maupun perbuatan yang mungkin dapat ditetapkan terhadap pelakunya berdasarkan
ijma’ ahlus-sunnah dan seluruh kelompok bahwa hukum dunia berjalan sesuai
dhahirnya. Yang dhahir yang mungkin dapat ditetapkan terhadap pelakunya adalah
ucapan atau perbuatan bukan apa yang ada di dalam hatinya. Sebagaimana sabda
Rasulullah SAW : Sesungguhnya aku tidak diutus tidak untuk membelah hati
manusia dan menyobek perut mereka.” {Mutafaqun ‘Alaih], perbuatan hati tidak
akan dihukumi menurut hukum dunia kecuali apabila tampak dalam ucapan atau
perbuatan, berkata ibnu Hajar : Semua ulama sepakat bahwa hukum dunia berjalan
berdasarkan dhohirnya dan Allah SWT mengetahui yang tersembunyi.
Ø JENIS-JENIS KEKAFIRAN : Kekafiran sesungguhnya terbagi ke
dalam beberapa banyak bagian, dengan berbagai macam ungkapan yang mendorong
pelakunya melakukan sesab-sebab kekafiran, baik berupa perkataan maupun
perbuatan. Kekafiran terbagi ke dalam beberapa JENIS bagian, di antaranya
adalah sebagai berikut :
1. Kufrul Takdzib [Kafir Dusta],
sebagaimana dalam firman Allah SWT :
الَّذِينَ
كَذَّبُوا بِالْكِتَابِ وَبِمَا أَرْسَلْنَا بِهِ رُسُلَنَا فَسَوْفَ يَعْلَمُونَ
(70)
“(Yaitu) orang-orang yang
mendustakan Al-Kitab [Al-Qur’an] dan wahyu yang dibawa rasul-rasul kami yang
telah kami utus. Kelak mereka akan mengetahui.” [Qs. Al-Mu’min (40)
2. Kufrul Juhdi [Kafir Pengingkaran],
seperti dalam firman Allah SWT :
وَجَحَدُوا
بِهَا وَاسْتَيْقَنَتْهَا أَنفُسُهُمْ ظُلْمًا وَعُلُوًّا (14)
“Dan mereka mengingkarinya karena
kedzaliman dan kesombongan [mereka] padahal hati mereka meyakini
[kebenarannya.” [Qs. An-Naml (27) : 14]. Dan kita bedakan antara keduanya.
3. Kufrul Ibaa’ wal istikbaar bighairil
juhdi [kafir keengganan (pembangkangan) dan takabur (kesombongan) tanpa
disertai dengan pengingkaran, seperti kafirnya Iblis. Sebagaimana dalam
firman Allah SWT :
فَسَجَدُواْ
إِلاَّ إِبْلِيسَ أَبَى وَاسْتَكْبَرَ وَكَانَ مِنَ الْكَافِرِينَ (34)
“Maka sujudlah mereka kecuali Iblis;
ia enggan dan takabur dan adalah ia termasuk golongan orang-orang yang kafir.” [Qs. Al-Baqarah (2) : 34].
4. Kufrusy-Syak warraib [Kafir ragu dan
bimbang], seperti dalam firman Allah SWT :
وَإِذَا
قِيلَ إِنَّ وَعْدَ اللَّهِ حَقٌّ وَالسَّاعَةُ لا رَيْبَ فِيهَا قُلْتُم مَّا
نَدْرِي مَا السَّاعَةُ إِن نَّظُنُّ إِلاَّ ظَنًّا وَمَا نَحْنُ
بِمُسْتَيْقِنِينَ (32)
“Dan apabila dikatakan [kepadamu] :
“Sesungguhnya janji Allah itu adalah benar dan hari kebangkitan itu tidak ada
keraguan padanya,” niscaya kamu menjawab : Kami tidak tau apakah hari kiamat
itu, kami sekali-kali tidak lain hanyalah menduga-duga saja dan kami
sekali-kali tidak meyakini [nya].”. [Qs.Al-Jatsiyyah (45) :
32]. Demikian juga Allah SWT berfirman :
إِنَّهُمْ
كَانُوا فِي شَكٍّ مُّرِيبٍ (54)
“Sesungguhnya mereka dahulu [di dunia]
dalam keraguan yang mendalam.” [Qs. Saba (34) : 54].
5. Kufrul ‘Iraadl [kafir berpaling],
sebagaimana dalam firman Allah SWT :
وَالَّذِينَ
كَفَرُوا عَمَّا أُنذِرُوا مُعْرِضُونَ (3)
“Dan orang-orang yang kafir
berpaling dari apa yang diperingatkan kepada mereka.” [Qs. Al-Ahqaf (46) : 3].
6. Kufrut-Tawalli ‘anithaa’ah [Kafir
berpaling dari ketaatan], seperti dalam firman Allah SWT :
قُلْ
أَطِيعُواْ اللَّهَ وَالرَّسُولَ فإِن تَوَلَّوْاْ فَإِنَّ اللَّهَ لاَ يُحِبُّ
الْكَافِرِينَ (32)
Katakanlah : “Ta’atilah Allah dan
Rasul-Nya; jika kamu berpaling, maka sesungguhnya Allah tidak menyukai
orang-orang kafir.” [Qs. Ali ‘Imran (3) : 32].
7. Kufrut-Taqlid, sebagaimana dalam
firman Allah SWT :
إِنَّ
اللَّهَ لَعَنَ الْكَافِرِينَ وَأَعَدَّ لَهُمْ سَعِيرًا (64) خَالِدِينَ فِيهَا
أَبَدًا لاَّ يَجِدُونَ وَلِيًّا وَلا نَصِيرًا (65) يَوْمَ تُقَلَّبُ وُجُوهُهُمْ
فِي النَّارِ يَقُولُونَ يَا لَيْتَنَا أَطَعْنَا اللَّهَ وَأَطَعْنَا الرَّسُولا
(66) وَقَالُوا رَبَّنَا إِنَّا أَطَعْنَا سَادَتَنَا وَكُبَرَاءنَا فَأَضَلُّونَا
السَّبِيلا (67)
“Sesungguhnya Allah mela’nati
orang-orang kafir dan menyediakan bagi mereka api yang menyala-nyala
[neraka], mereka kekal di dalamnya selama-lamanya; mereka tidak memperoleh
seorang pelindungpun dan tidak [pula] seorang penolong. Pada hari ketika muka
mereka dibolak-balikan dalam neraka, mereka berkata : Alangkah baiknya,
andaikata kami ta’at kepada Allah dan ta’at [pula] kepada Rasul. Dan mereka
berkata : Ya Rabb kami, sesungguhnya kami telah menta’ati pemimpin-pemimpin dan
pembesar-pembesar kami, lalu mereka menyesatkan kami dari jalan [yang benar].” . [Qs. Al-Ahzab (33) :
64-67].
B.
Bagian yang pertama dosa yang mengkafirkan, yaitu dosa yang Allah SWT.
menamakannya kafir, yaitu dosa yang merusak dan mnghilangkan ashlul iman, dosa
ini ada dua macam, yaitu :
Ø Meninggalkan kewajiban dari
kewajiban-kewajiban yang termasuk dalam ashlul iman, seperti tidak mau berikrar
[mengucapkan] dengan dua kalimat syahadat, meninggalkan shalat dengan sengaja,
hati yang tidak membenarkan kebenaran yang datang dari Allah SWT dan Rasul-Nya
(yang disebut kafir dusta), hati yang tidak membenarkan kebenaran yang
datang dari Allah SWT dan Rasul-Nya, tapi mengucapkan dengan lisannya [maka
disebut kafir nifak], dan hati yang tidak menyakini kebenaran yang datang dari
Allah SWT dan Rasul-Nya disebut kafir syak [ragu], dan lain sebagainya dari
kewajiban-kewajiban yang termasuk dalam ashlul iman, baik yang berasal dari
perbuatan hati, lisan maupun angota badan.
Ø Melakukan perbuatan yang haram yang
bertentangan dengan ashlul iman, seperti menghina Allah Subhanahu Wata’ala dan
Rasul-Nya, berdoa [meminta-minta] kepada selain Allah serta berhukum dengan
selain apa yang diturunkan Allah SWT. Dan setiap perkara syariat mengkafirkan
orang yang mengamalkan perkara itu, maka itu adalah perbuatan haram yang
bertentangan dengan ashlul iman. Setiap orang yang melakukan dosa yang
mengkafirkan, baik yang berupa meninggalkan kewajiban ataupun berbuat perbuatan
yang haram, maka dia telah kafir sekedar meninggalkan kewajiban itu atau
berbuat perbuatan yang haram itu. Adapun nash-nash [dalil-dalil] dan ijma’ itu
adalah sebagai berikut, yaitu :
1. Allah SWT berfirman, “Mereka
[orang-orang munafik itu] bersumpah dengan [nama] Allah, bahwa mereka tidak
mengatakan [sesuatu yang menyakiti Rasulullah]. Sesungguhnya mereka telah
mengucapkan perkataan kekafiran, dan telah menjadi kafir sesudah Islam”.
[Qs. At-taubah (9) : 74].
2. Allah SWT berfirman, Orang-orang
munafik itu takut akan diturunkan terhadap mereka sesuatu surat yang
menerangkan apa yang tersembunyi dalam hati mereka. Katakanlah kepada mereka :
“Teruskanlah ejekan-ejekanmu [terhadap Allah dan Rasul-Nya].” Sesungguihnya
Allah akan menyatakan apa yang kamu takuti itu.
3. Allah SWT berfirman, “Dan dia
memasuki kebunnya sedang dia dhalim terhadap dirinya sendiri; ia berkata : “Aku
kira kebun ini tidak akan binasa selama-lamanya, dan aku tidak mengira hari
kiamat itu akan datang, dan sekiranya aku dikembalikan Rabbku, pasti aku akan
dapat tempat kembali yang lebih baik dari pada kebun-kebun itu”. [Qs.
Al-Kahfi (18) : 35-36]. Sesungguhnya temannya itu telah mengkafirkannya sekedar
mengucapkan perkataan yang mengkafirkan, yaitu : (Aku kira kebun ini
tidak akan binasa selama-lamanya, dan aku tidak mengira hari kiamat itu akan
dating).
4. Allah SWT berfirman, “Sesungguhnya
telah kafirlah orang-orang yang berkata : “Sesungguhnya Allah adalah Al-Masih
putra Maryam”. Dan juga berfirman, “sesungguhnya kafirlah orang-orang
yang mengatakan : “Bahwasannya Allah salah satu dari yang tiga”. [Qs.
Al-Maidah (5) : 72-73). Dalam ayat ini Allah telah mengkafirkan orang-orang
yang mengatakan perkataan yang mengkafirkan sekedar mengatakan perkataan kafir.
5. Allah SWT juga berfirman, “Dan
[ingatlah] ketika kami berfirman kepada para malaikat : “Sujudlah kamu kepada
Adam”‘ maka sujudlah mereka kecuali iblis; ia enggan dan takabur dan adalah ia
termasuk golongan orang-orang yang kafir”. [Qs. Al-Baqarah (2) : 34]. Allah
SWT mengkafirkan iblis dengan perbuatannya, yaitu tidak mau sujud kepada Adam.
Rasulullah SAW bersabda, “Antara seseorang dan kekafiran adalah
meninggalkan shalat”. [HR. Muslim].
C.
Bagian kedua, dosa besar yang hanya memfasikan dan tidak
mengkafirkannya,
yaitu dosa besar yang terdapat dalam pelanggarannya suatu hukuman [had] di
dunia atau ancaman di akhirat, tapi tidak ada nash/dalilpun yang mengkafirkan
pelakunya dan menghukuminya dengan hukuman murtad, karena dosa-dosa ini hanya
merusak al-iman al-wajib dan tidak merusak ashlul iman, oleh karena itu
pelakunya hanya diancam dengan suatu ancaman [al-wa’id] dan tidak
dikafirkan. Dosa ini ada dua macam, yaitu :
1. Meninggalkan kewajiban dari
kewajiban-kewajiban yang masuk dalam al-iman al-wajib, yaitu seperti meninggalkan jihad di
jalan Allah saat jihad telah menjadi suatu kewajiban atas setiap individu
muslim, ini merupakan dosa besar apabila ditinggalkannya dan akan diancam
orang-orang yang meninggalkannya. Allah SWT berfirman, “Jika kamu tidak
berangkat untuk berperang, niscaya Allah menyiksa kamu dengan siksaan yang
pedih”. [Qs. At-Taubah 9) : 39], tidak berkata yang benar dalam ucapan dan
janji, tidak berbuat baik kepada ke dua orang tua, dan lain sebagainya dari
kewajiban-kewajiban yang termasuk dari al-iman al-wajib.
2. Melakukan perbuatan yang haram dari
perkara-perkara yang haram yang masuk dalam al-iman al-wajib, seperti meminum minuman keras
[khamer], berzina, mencuri, memakan riba, berdusta, ghibah, mengumpat-umpat dan
lain sebagainya dari dosa-dosa besar yang masuk dalam al-iman al-wajib. Setiap
orang yang melakukan dosa dari dosa-dosa tersebut diatas, maka dia itu adalah
orang fasik dan termasuk dari orang-orang yang akan mendapat ancaman tapi tidak
kafir. Orang seperti ini disebut juga Al-Fasik Al-Milli, yaitu orang dengan
kefasikannya tetapi tetap sebagai orang Islam dan tidak keluar dari Islam
dengan kefasikannya karena dalam diri orang tersebut masih ada ashlul iman.
Berbeda dengan fasik akbar, yaitu yang mengeluarkan pelakunya dari Islam.
3.
PENGERTIAN DOSA MENURUT AGAMA HINDU
Karmaphala terdiri dari dua kata
yaitu karma dan phala, berasal dari bahasa Sanskerta. "Karma" artinya
perbuatan dan "Phala" artinya buah, hasil, atau pahala. Jadi
Karmaphala artinya hasil dari perbuatan seseorang.
Kita percaya bahwa perbuatan yang
baik (subha karma) membawa hasil yang baik dan perbuatan yang buruk (asubha
karma) membawa hasil yang buruk. Jadi seseorang yang berbuat baik pasti
baik pula yang akan diterimanya, demikian pula sebaliknya yang berbuat buruk,
buruk pula yang akan diterimanya. Karmaphala memberi keyakinan kepada kita
untuk mengarahkan segala tingkah laku kita agar selalu berdasarkan etika dan
cara yang baik guna mencapai cita- cita yang luhur dan selalu menghindari jalan
dan tujuan yang buruk.
Phala dari karma itu ada tiga macam
yaitu:
1
|
Sancita Karmaphala
|
Phala dari perbuatan dalam
kehidupan terdahulu yang belum habis dinikmati dan masih merupakan benih yang
menentukan kehidupan kita sekarang.
|
2
|
Prarabda Karmaphala
|
Phala dari perbuatan kita pada
kehidupan ini tanpa ada sisanya lagi.
|
3
|
Kriyamana Karmaphala
|
Phala perbuatan yang tidak dapat
dinikmati pada saat berbuat sehingga harus diterima pada kehidupan yang akan
datang.
|
Menurut ajaran agama (dharma) yang
diwahyukan ke dunia dengan perantaraan para Maha Resi, maka segala baik buruk
kegiatan (subha karma atau asubha karma) akan membawa akibat tidak saja di
dalam hidup sekarang ini tetapi juga di akhirat (Surga dan neraka). Setelah
atma (roh) dengan suksma sarira (badan astral) terpisah dari stula sarira
(badan wadag) dan membawa akibat pula dalam penjelmaan yang akan datang (Punarbhawa),
maka atma bersama dengan suksma sariranya bersenyawa lagi dengan stula
sarira. Sang Hyang Widhi Wasa menghukumnya dengan hukum yang bersendikan
Dharma. Dan Dia akan merahmati atma seseorang yang berjasa dan yang melakukan
amal kebajikan yang suci (subha karma) dan Diapun akan mengampuni atma
seseorang yang pernah berbuat dosa, bila ia tobat dan tawakal serta tidak akan
melakukan dosa lagi.
Tuhan Yang Maha Tahu bergelar
Yamadipati (pelindung Agung Hukum Keadilan) yang selalu menjatuhi hukuman
kepada atma yang tiada henti- hentinya melakukan kejahatan atau dosa dan
memasukkannya ke dalam neraka.
4.
PENGERTIAN
DOSA MENURUT AGAMA BUDAH
A. METTA (CINTA KASIH)
Sifat luhur yang pertama adalah Metta (cinta kasih)
yang universal (menyeluruh terhadap semua makhluk. Metta bukan berarti cinta
kasih yang dilandasi oleh nafsu atau kecenderungan pribadi, karena kedua hal
ini akan menimbulkan kesedihan. Metta dapat diumpamakan sebagai: “ seorang ibu
yang melindungi anaknya yang tunggal, sekalipun mengorbankan kehidupannya,
seharusnya seseorang yang memelihara cinta kasih yang tidak terbatas itu kepada
semua makhluk “. Nasihat sang Buddha tersebut adalah perasaan cinta kasih yang
tidak didasarkan pada nafsu seorang ibu terhadap anaknya, melainkan keinginan
yang murni untuk membahagiakan anaknya.
Sifat yang baik dan mulia adalah corak yang khas dari metta. Orang yang melatih metta selalu gembira dalam memajukan kesejahteraan orang lain. Pahala melaksanakan metta, al:
1. Orang yang penuh metta akan tidur dengan tenang dan bahagia.
2. Wajah berseri-seri.
3. Tidur dengan nyenyak
4. Dicintai banyak orang
5. Disayang oleh makhluk lain (termasuk binatang)
6. Kebal terhadap ilmu hitam (kecuali karma buruknya sedang berbuah)
7. Akan dilindungi oleh para dewa
8. Dengan mudah memusatkan pikirannya
9. Meninggal dengan tenang
10. Dengan pancaran cinta kasih bila meninggal wajahnya berseri-seri.
Cara melatih metta adalah :
Pertama kali metta harus dilatih terhadap dirinya sendiri. Ketika melatih metta pikiran harus tenang, positif, bahagia. Setelah itu ia harus merenungkan agar hidup tenang, terbebas dari penderitaan, kesakitan, kegelisahan, ketakutan, dan seterusnya dengan pikiran tidak melekat dengan apa yang kita pikirkan. Hal ini harus dilatih sesering mungkin agar mendapatkan hasil yang maksimal. Sang Buddha bersabda : “ Ditengah-tengah orang yang membenci, hendaklah seseorang hidup bebas dari kebencian”. Sasaran utama mengembangkan metta adalah terhadap semua makhluk.
Sifat yang baik dan mulia adalah corak yang khas dari metta. Orang yang melatih metta selalu gembira dalam memajukan kesejahteraan orang lain. Pahala melaksanakan metta, al:
1. Orang yang penuh metta akan tidur dengan tenang dan bahagia.
2. Wajah berseri-seri.
3. Tidur dengan nyenyak
4. Dicintai banyak orang
5. Disayang oleh makhluk lain (termasuk binatang)
6. Kebal terhadap ilmu hitam (kecuali karma buruknya sedang berbuah)
7. Akan dilindungi oleh para dewa
8. Dengan mudah memusatkan pikirannya
9. Meninggal dengan tenang
10. Dengan pancaran cinta kasih bila meninggal wajahnya berseri-seri.
Cara melatih metta adalah :
Pertama kali metta harus dilatih terhadap dirinya sendiri. Ketika melatih metta pikiran harus tenang, positif, bahagia. Setelah itu ia harus merenungkan agar hidup tenang, terbebas dari penderitaan, kesakitan, kegelisahan, ketakutan, dan seterusnya dengan pikiran tidak melekat dengan apa yang kita pikirkan. Hal ini harus dilatih sesering mungkin agar mendapatkan hasil yang maksimal. Sang Buddha bersabda : “ Ditengah-tengah orang yang membenci, hendaklah seseorang hidup bebas dari kebencian”. Sasaran utama mengembangkan metta adalah terhadap semua makhluk.
B. KARUNA (BELAS
KASIHAN)
Sifat luhur yang kedua adalah Karuna (belas
kasihan), yang dirumuskan sebagai sesuatu yang dapat menggetarkan hati ke arah
rasa kasihan bila mengetahui orang lain sedang menderita, atau kehendak untuk
meringankan penderitaan orang lain. Dalam Jataka diceritakan, Dimana Sutasoma
sebagai seorang Bodhisatva telah mengorbankan dirinya demi menolong seekor
macan betina kelaparan yang ingin memakan anak-anaknya sendiri yang masih
kecil-kecil guna menghilangkan laparnya. Bodhisatva Sutasoma mencegah niat
macan itu, dan sebagai gantinya ia memberikan tubuhnya sendiri untuk dimakan.
Sesungguhnya, unsur kasih sayang-lah yang mendorong seseorang menolong orang lain dengan ketulusan hati. Orang yang memiliki kasih sayang yang murni tidak hidup untuk dirinya sendiri, melainkan untuk semua makhluk. Orang-orang yang pantas kita beri belas kasihan tidak hanya orang miskin saja tetapi juga orang yang kejam, pendendam, serakah, irihati, pemarah, serakah, mau menang sendiri, sakit, senang dan lain-lain. Sasaran utama mengembangkan karuna adalah terhadap makhluk yang sengsara dan menderita.
Sesungguhnya, unsur kasih sayang-lah yang mendorong seseorang menolong orang lain dengan ketulusan hati. Orang yang memiliki kasih sayang yang murni tidak hidup untuk dirinya sendiri, melainkan untuk semua makhluk. Orang-orang yang pantas kita beri belas kasihan tidak hanya orang miskin saja tetapi juga orang yang kejam, pendendam, serakah, irihati, pemarah, serakah, mau menang sendiri, sakit, senang dan lain-lain. Sasaran utama mengembangkan karuna adalah terhadap makhluk yang sengsara dan menderita.
C. MUDITA (PERASAAN SIMPATI)
Sifat
luhur yang ketiga adalah Mudita (perasaan simpati), yaitu ikut senang melihat
orang lain senang atau perasaan gembira atas keberhasilan orang lain. Namun
tidak bisa kita pungkiri bahwa sifat manusia yang menonjol adalah sifat
irihati, karena untuk memberi ucapan selamat kepada orang yang berhasil
tersebut kita tidak pernah melakukannya, jika ada jumlahnya sangat sedikit
sekali. Salah satu cara untuk menghilangkan perasaan irihati ini adalah
mengembangkan mudita, karena mudita dapat mencabut akar irihati yang merusak.
Mudita juga dapat menolong orang lain mencapai kebahagiaan. Sasaran utama
mengembangkan mudita adalah terhadap semua makhluk yang makmur dan sejahtera.
D. UPEKKHA (KESEIMBANGAN BATIN)
Sifat luhur yang keempt adalah Upekkha
(keseimbangan batin). Keseimbangan batin penting sekali terutama bagi umat awam
yang hidup dalam dunia yang kacau balau, ditengah gelombang keadaan yang naik
turun tidak menentu ini. Sang Buddha bersabda : “ Orang bijaksana tidak
menunjukkan rasa gembira maupun kecewa dengan pujian dan celaan. Mereka tetap
teguh bagaikan batu karang yang tak tergoyahkan oleh badai”. Demikianlah mereka
melatih keseimbangan batin.
Contoh Cerita : Pada suatu ketika Sang Buddha diundang oleh seorang Brahmana untuk bersantap dirumahnya, oleh karena diundang, maka Sang Buddha datang ke rumah Brahmana tersebut, tetapi ia bukannya menjamu Sang Buddha, melainkan malah mencerca Sang Buddha dengan kata-kata yang sangat kotor. Sang Buddha dikatakan seperti babi jalang, anjing, buaya, bangsat, dan sebagainya. Tetapi Sang Buddha tidak sedikitpun merasa terkejut, marah, membantah, dan sang Buddha sama sekali tidak dendam.
Contoh Cerita : Pada suatu ketika Sang Buddha diundang oleh seorang Brahmana untuk bersantap dirumahnya, oleh karena diundang, maka Sang Buddha datang ke rumah Brahmana tersebut, tetapi ia bukannya menjamu Sang Buddha, melainkan malah mencerca Sang Buddha dengan kata-kata yang sangat kotor. Sang Buddha dikatakan seperti babi jalang, anjing, buaya, bangsat, dan sebagainya. Tetapi Sang Buddha tidak sedikitpun merasa terkejut, marah, membantah, dan sang Buddha sama sekali tidak dendam.
E. SIGALOVADA SUTTA
1. Sigalovada Sutta adalah
khotbah yang berisi wejangan/nasehat Sang Buddha kepada seorang pemuda bernama
Sigala, putra seorang kepala keluarga yang tinggal di Rajagaha.
2. Orang tuanya adalah
penganut agama Buddha yang taat dan berbakti kepada Sang Buddha, tetapi tidak
berhasil mengajak putranya mengikuti jejaknya.
3. Berbagai usaha telah
dilakukan agar Sigala mau bertemu dengan Sang Buddha tau siswa-siswanya untuk
mendengarkan dhamma.
4. Sigala beranggapan bahwa
tidak ada gunanya mengunjungi Sang Buddha dan sangha(perkumpulan para bhikkhu
dan bhikkhuni), karena hal tersebut tidak mendatangkan keuntungan materi,
bahkan akan mengakibatkan kerugian materi.
5. Pikiran Sigala hanya
tertuju pada kesejahteraan materi dan beranggapan kegiatan mental spiritual
tidak ada gunanya.
6. Ketika ayahnya akan
meninggal dunia, Ia berpesan agar Sigala melaksanakan permintaannya untuk
menghormat enam penjuru pada waktu pagi-pagi sekali(subuh)
7. Ayahnya meminta Sigala melakukan hal tersebut
dengan harapan agar suatu ketika Sang Buddha atau para siswanya melihat dan
berkesempatan untuk memberikan dhamma yang sesuai dengan Sigala.
8. Pada suatu ketika Sang
Buddha berdiam di hutan bambu dekat Rajagaha, dan melihat Sigala dengan pakaian
dan rambut yang basah melaksanakan pesan ayahnya untuk memuja enam arah,
meskipun tidak tau apa artinya dan ia melakukan sebagai rasa bakti dan
penghormatan terhadap ayahnya.
9. Sang Buddha memberitahu
Sigala bahwa dalam ajaran-Nya tentang Ariyasa Vinaya(peraturan ariya), enam
penjuru itu mempunyai arti :
a. Arah Timur berarti menghormati orang tua
b. Arah Selatan berarti menghormati guru
c. Arah Barat berarti menghormati anak dan istri
d. Arah Utara berarti menghormati sahabat
e. Arah Atas(Zenith) berarti menghormati rohaniawan
f. Arah Bawah(Nadir) berarti menghormati pelayan/karyawan
Ke-enam kelompok ini dalam agama Buddha diperlakukan sebagai sesuatu yang pantas dihormati dan dijaga.
a. Arah Timur berarti menghormati orang tua
b. Arah Selatan berarti menghormati guru
c. Arah Barat berarti menghormati anak dan istri
d. Arah Utara berarti menghormati sahabat
e. Arah Atas(Zenith) berarti menghormati rohaniawan
f. Arah Bawah(Nadir) berarti menghormati pelayan/karyawan
Ke-enam kelompok ini dalam agama Buddha diperlakukan sebagai sesuatu yang pantas dihormati dan dijaga.
10. Bagaimana cara menghormat
atau menjaga mereka? Sang Buddha bersabda bahwa kita dapat menghormat mereka
dengan cara melaksanakan kewajibannya dengan baik dan benar. Terdapat 14 aspek
negative yang harus dihindari oleh kita antara lain :
a. Empat cacat tingkah laku, antara lain : melakukan pembunuhan, melakukan pencurian, berhubungan kelamin(berzinah), berkata yang tidak benar.
b. Empat dorongan melakukan kejahatan, antara lain : nafsu keinginan, kebencian, ketakutan, kebodohan.
c. Enam saluran menghabiskan kekayaan, antara lain : minuman keras, judi, keluyuran tidak pada waktunya, bergaul dengan wanita/pria penghibur, memiliki teman yang jahat, malas.
a. Empat cacat tingkah laku, antara lain : melakukan pembunuhan, melakukan pencurian, berhubungan kelamin(berzinah), berkata yang tidak benar.
b. Empat dorongan melakukan kejahatan, antara lain : nafsu keinginan, kebencian, ketakutan, kebodohan.
c. Enam saluran menghabiskan kekayaan, antara lain : minuman keras, judi, keluyuran tidak pada waktunya, bergaul dengan wanita/pria penghibur, memiliki teman yang jahat, malas.
11. Aspek positif yang harus
kita kembangkan adalah melaksanakan kewajiban timbal balik kepada mereka,
antara lain :
a) Kewajiban anak terhadap
orang tua, yaitu:
Ø Mendengarkan nasehatnya
Ø Membantu orang tua dalam
keadaan senang dan susah
Ø Menjaga nama baik orang
tua
Ø Menghormati dan menjaga
nama baiknya.
b) Kewajiban orang tua
terhadap anak, yaitu :
Ø Memberikan pendidikan
yang baik
Ø Memberikan warisan kepada
anaknya pada saat yang tepat
Ø Menganjurkan anaknya
berbuat kebaikan
Ø Mencegah anaknya
melakukan perbuatan yang tidak baik
c) Kewajiban guru terhadap
murid, yaitu :
Ø Menjaga nama baik
muridnya
Ø Memberikan nasehat,
petunjuk yang baik
Ø Memberikan ilmu yang
telah dimiliki
Ø Menjaga muridnya dari
bahaya
d) Kewajiban murid terhadap
guru, yaitu :
Ø Menegur atau memberi salam
bila bertemu
Ø Bertekad untuk belajar
yang sungguh-sungguh
Ø Mengerjakan tugas yang
telah diberikan
Ø Memperhatikan dengan baik
ketika belajarØ
TENTANG PENGERTIAN DOSA MENURUT
SUKU TIMOR, AGAMA ISLAM, AGAMA HINDU,DAN AGAMA BUDHA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar