Selasa, 13 Januari 2015

PENGERTIAN DOSA MENURUT SUKU TIMOR, AGAMA ISLAM, HIDUDAN AGAMA BUDHA



TENTANG PENGERTIAN  DOSA MENURUT  SUKU TIMOR, AGAMA ISLAM, AGAMA HINDU,DAN AGAMA BUDHA
1.      PENGERTIAN DOSA MENURUT SUKU TIMOR

A.    PENGERTIAN DOSA MENURUT SUKU TIMOR

ASuku Dawan adalah salah satu suku terbesar dari beberapa suku lain: “Tetun, Bunak, Helon, Kemak, Rote dan Sabu. Suku Dawan menempati seluruh wilayah Timor Barat yaitu kabupaten Kupang, Timor Tengah Selatan (TTS), dan Timor Tengah Utara (TTU). Masyarakat suku Dawan hidup dalam kelompok-kelompok berdasarkan kanaf (marga). Setiap kanaf memiliki adat istiadatnya masing-masing.
Masyarakat Timor Dawan disebut juga sebagai orang atoni (manusia). Orang atoni biasanya hidup di daerah pedalaman yang bersifat amat kering. Masyarakat Dawan umumnya bekerja sebagai petani. Oleh karena itu, hidup mereka sangat tergantung dari alam. Alam dapat membawa kebahagiaan dan kesejahteraan bagi manusia dan juga bisah mendatangkan malapetaka. Hal ini tergantug bagaimana manusia mengusahakannya.
Untuk menjaga keharmonisan dengan alam, masyarakat Dawan meiliki berbagai tradisi lisan. Tradisi-tradisi lisan tersebut
berkaitan erat dengan bahasa-bahasa ritual dan upacara formal dalam masyarakat tersebut. Kehidupan masyarakat Dawan meliki hubungan yang erat antara ritus dan mitos pertanian, yang juga berhubungan erat dengan keyakinan religius tradisional. Kehidupan masyarakat dawan selalu diwarnai oleh berbagai ritus primitif dalam setiap kegiatan hidup mereka.

B.      POLA HIDUP
Masyarakat Dawan Masyarakat Dawan yang hidup di daerah pulau Timor umumnya hidup dalam kelompok-kelompok, membentuk komunitas berdasarkan kanaf (marga). Komunitas ini hampir bersifat ekslusif dengan latar belakang budaya yang berbeda-beda. Masyarakat Dawan pada umumnya hidup dengan bercocok tanam dan beternak. Hal ini merupakan pengaruh yang sangat besar dari komposisi tanah, iklim dan sumber air di wilayah tersebut. Keadaan tanah berupa tanah liat berpori yang mengandung kapur sangat sulit bagi tumbuhnya vegetasi penutup. Pada saat musim hujan keadaan tanah banyak mengandung air dan mengembang ketika sudah penuh dengan air hujan.
Pada saat musim kemarau, tanah menjadi kering dan sangat sulit menemukan sumber air di daerah-daerah yang lebih rendah. Faktor-faktor alam seperti inilah yang mebuat masyarakat lebih memilih tinggal di daerah-daerah pegunungan yang banyak air. Daerah pegunungan merupakan pusat pemukiman dan pusat pertanian. Daerah pegunungan merupakan pusat pengembangan usaha tani lahan kering yang di dominasi oleh tanaman palawija dan jagung. Daerah atau wilayah yang keadaan tanahnya berupa tanah liat umumnya digunakan sebagai bahan dasar untuk kerajinan. Misalnya membuat periuk dari tanah liat, patung-patung, pot bunga, asbak rokok, dan jenis kerajinan tangan lainnya yang memiliki nilai jual yang tinggi. Sementara untuk tempat pertanian, umumnya mereka memilih dataran tinggi sebagai tempat mengembangkan usaha pertanian. Masyarakat Dawan mengembangkan usaha pertanian di daerah pegunungan; berpindah-pindah tempat dengan sistem tebas-bakar.

C.    KONSEP ALAH
Menurut Masyarakat Dawan Jauh sebelum agama Kristen masuk ke Pulau Timor, masyarakat Dawan telah memiliki konsep tentang “Yang Ilahi”. Pengalaman akan “Yang Ilahi” dialalami dalam seiap kegiatan hidup manusia. Pengalaman hidup merupakan titik tolak hidup religius atau beragama.
Sudah sejak zaman dahulu masyarakat Dawan mengahadapi kenyataan hidup yang tidak dapat ditangkap secara rasional. Apa yang dialami dalam kehidupannya ditanggapi sebagai suatu misteri. Misteri tersebut tidak sama dengan teka-teki. Ia adalah misteri besar yang tidak pernah dimengerti, namun tidak disangkal kebenarannya dalam setiap pengalaman manusia. Oleh karena itu, masyarakat Dawan menyebut “Yang Tertinggi” itu dengan sebutan Uis Neno. Ada beberapa konsep Alah :

Ø  Uis Neno (Tuhan )
Uis Neno berasal dari kata Uis atau Usi artinya Raja, Tuan, Yang Empunya, sedangkan Neno artinya hari, langit, Yang tertinggi. Uis Neno diartikan sebagai Dewa atau “Tuhan”.
Uis Neno adalah “Dewa Langit” atau “Dewa Tertinggi”, memiliki kekuatan yang lebih tinggi, dan berkuasa atas langit dan bumi yang diyakini oleh masyarakat Dawan sebagai “Tuhan”.
Peranan Uis Neno Bagi Masyarakat Dawan Kehadiran Uis Neno bagi masyarakat Timor Dawan lahir dari pengalaman perjumpaan dengan ciptaan yang lain. Pengalam itu dirasakan sebagai sesuatu yang menggetarkan dan melampaui daya nalar manusia. Pengalaman inilah yang membuat masyarakat Timor Dawan sampai pada suatu kesimpulan bahwa “sesuatu yang tidak dapat dimengerti itu adalah Tuhan, yang bagi masyarakat Dawan adalah Uis Neno.
Peran Uis Neno dalam masyarakat Dawan, dilihat berdasarkan sifat-sifat ilahi-Nya yakni:
1.      Apinat ma Aklaat: menyala dan membara Hal ini mengindikasikan Uis Neno dengan matahari. Kekuatan panas dan cahaya matahari yang dasyat tidak dapat ditandingi oleh kekuatan panas atau cahaya manapun. Uis Neno yang adalah Mahakuasa tidak dapat dilampaui oleh kuasa manapun. Uis neno adalah matahari dan cahaya sejati.
2.      Amoet ma Apakaet: pencipta dan pemelihara Uis Neno adalah Tuhan pencipta alam semesta beserta segala isinya. Ia adalah penyebab segala sesuatu. Dia adalah penguasa langit dan bumi dan segala mahkluk harus tunduk kepada-Nya.
3.      Alikin ma Apean: pembuka jalan dan mengatur kehidupan Uis Neno adalah penyebab awal dari segala sesuatu. Dia yang pertama memulai segala sesuatu dan segala mahkluk tergantung kepada-Nya. Ia juga yang mengatur seluruh perjalanan hidup manusia. Ia adalah alva dan omega, awal dan akhir.

Ø  Uis Pah atau Pah Tuaf (Dewa Bumi)
Uis Pah adalah sebutan untuk roh yang dianggap berkuasa atas tanah. Menurut kerpercayaan masyarakat Dawan, roh-roh tersebut adalah penghuni pohon-pohon besar, batu-batu besar, sungai dan gunung. Dewa ini dianggap sebagai dewi wanita yang mendampingi Uis neno.

D.    TRADISI FUA PAH
Telah dikatakan bahwa selain Tuhan tertinggi (Uis Neno), masyarakat dawan juga mengakui adanya Tuhan bumi (Uis Pah atau Pah Tuaf). Telah dikatakan juga bahwa keduanya memiliki sifat khasnya masing masing. Uis Neno memiliki sifat-sifat yang baik sedangkan Uis Pah atau Pah Tuaf memiliki sifat-sifat yang tidak baik atau merugikan. Oleh karena itu, manusia harus mengambil hati mereka denagan mengadakan upacara-upacara ritul. 
Asal Usul Pemberian Nama Uis Neno adalah “Dewa Tertinggi” yang tidak dapat disebutkan namanya secara langsung. Ia adalah “Tuhan” yang berkuasa atas langit dan bumi. Kepada “Dewa Tertinggi” ini, masyarakat Dawan Menyebutnya sebagai Uis Neno, Tuhan hari atau langit. Yang memberikan nama Uis Neno kepada “Tuhan-nya orang Dawan Kristen” adalah para msionaris pada zaman penjajahan Portugis.

























2.      PENGERTIAN DOSA MENURUT AGAMA ISLAM

A.    SEBAB-SEBAB KEKAFIRAN

Yaitu perkara-perkara yang apabila dilakukan oleh seseorang, maka atas orang tersebut dihukumi bahwa orang itu adalah kafir. Dan sebab-sebab kekafiran menurut hukum dunia itu hanya ada dua saja dan tidak ada yang ketiganya, yaitu perkataan yang mengkafirkan dan perbuatan yang mengkafirkan [di antaranya meninggalkan atau menolak]. Dan sebetulnya seorang hamba juga bisa kafir dengan keyakinan yang mengkafirkan yang dilakukan oleh hatinya, hanya saja keyakinan hati tidak bisa ditetapkan dengan hukum dunia kecuali keyakinan hati itu tampak dalam ucapan maupun perbuatan yang mungkin dapat ditetapkan terhadap pelakunya berdasarkan ijma’ ahlus-sunnah dan seluruh kelompok bahwa hukum dunia berjalan sesuai dhahirnya. Yang dhahir yang mungkin dapat ditetapkan terhadap pelakunya adalah ucapan atau perbuatan bukan apa yang ada di dalam hatinya. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW : Sesungguhnya aku tidak diutus tidak untuk membelah hati manusia dan menyobek perut mereka.” {Mutafaqun ‘Alaih], perbuatan hati tidak akan dihukumi menurut hukum dunia kecuali apabila tampak dalam ucapan atau perbuatan, berkata ibnu Hajar : Semua ulama sepakat bahwa hukum dunia berjalan berdasarkan dhohirnya dan Allah SWT  mengetahui yang tersembunyi.

Ø  JENIS-JENIS KEKAFIRAN : Kekafiran sesungguhnya terbagi ke dalam beberapa banyak bagian, dengan berbagai macam ungkapan yang mendorong pelakunya melakukan sesab-sebab kekafiran, baik berupa perkataan maupun perbuatan. Kekafiran terbagi ke dalam beberapa JENIS bagian, di antaranya adalah sebagai berikut :

1.      Kufrul Takdzib [Kafir Dusta], sebagaimana dalam firman Allah SWT :   
الَّذِينَ كَذَّبُوا بِالْكِتَابِ وَبِمَا أَرْسَلْنَا بِهِ رُسُلَنَا فَسَوْفَ يَعْلَمُونَ (70)
“(Yaitu) orang-orang yang mendustakan Al-Kitab [Al-Qur’an] dan wahyu yang dibawa rasul-rasul kami yang telah kami utus. Kelak mereka akan mengetahui.” [Qs. Al-Mu’min (40)
2.      Kufrul Juhdi [Kafir Pengingkaran], seperti dalam firman Allah SWT :
وَجَحَدُوا بِهَا وَاسْتَيْقَنَتْهَا أَنفُسُهُمْ ظُلْمًا وَعُلُوًّا (14)
“Dan mereka mengingkarinya karena kedzaliman dan kesombongan [mereka] padahal hati mereka meyakini [kebenarannya.” [Qs. An-Naml (27) : 14]. Dan kita bedakan antara keduanya.
3.      Kufrul Ibaa’ wal istikbaar bighairil juhdi [kafir keengganan (pembangkangan) dan takabur (kesombongan) tanpa disertai dengan pengingkaran, seperti kafirnya  Iblis. Sebagaimana dalam firman Allah SWT :
فَسَجَدُواْ إِلاَّ إِبْلِيسَ أَبَى وَاسْتَكْبَرَ وَكَانَ مِنَ الْكَافِرِينَ (34)
“Maka sujudlah mereka kecuali Iblis; ia enggan dan takabur dan adalah ia termasuk golongan orang-orang yang kafir.” [Qs. Al-Baqarah (2) : 34].
4.      Kufrusy-Syak warraib [Kafir ragu dan bimbang], seperti dalam firman Allah SWT :
وَإِذَا قِيلَ إِنَّ وَعْدَ اللَّهِ حَقٌّ وَالسَّاعَةُ لا رَيْبَ فِيهَا قُلْتُم مَّا نَدْرِي مَا السَّاعَةُ إِن نَّظُنُّ إِلاَّ ظَنًّا وَمَا نَحْنُ بِمُسْتَيْقِنِينَ (32)
“Dan apabila dikatakan [kepadamu] : “Sesungguhnya janji Allah itu adalah benar dan hari kebangkitan itu tidak ada keraguan padanya,” niscaya kamu menjawab : Kami tidak tau apakah hari kiamat itu, kami sekali-kali tidak lain hanyalah menduga-duga saja dan kami sekali-kali tidak meyakini [nya].”.  [Qs.Al-Jatsiyyah (45) : 32].   Demikian juga Allah SWT berfirman :
إِنَّهُمْ كَانُوا فِي شَكٍّ مُّرِيبٍ (54)
“Sesungguhnya mereka dahulu [di dunia] dalam keraguan yang mendalam.” [Qs. Saba (34) : 54].
5.      Kufrul ‘Iraadl [kafir berpaling], sebagaimana dalam firman Allah SWT :
وَالَّذِينَ كَفَرُوا عَمَّا أُنذِرُوا مُعْرِضُونَ (3)
“Dan orang-orang yang kafir berpaling dari apa yang diperingatkan kepada mereka.” [Qs. Al-Ahqaf (46) : 3].
6.      Kufrut-Tawalli ‘anithaa’ah [Kafir berpaling dari ketaatan], seperti dalam firman Allah SWT :
قُلْ أَطِيعُواْ اللَّهَ وَالرَّسُولَ فإِن تَوَلَّوْاْ فَإِنَّ اللَّهَ لاَ يُحِبُّ الْكَافِرِينَ (32)
Katakanlah : “Ta’atilah Allah dan Rasul-Nya; jika kamu berpaling, maka sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang kafir.” [Qs. Ali ‘Imran (3) : 32].
7.      Kufrut-Taqlid, sebagaimana dalam firman Allah SWT :
إِنَّ اللَّهَ لَعَنَ الْكَافِرِينَ وَأَعَدَّ لَهُمْ سَعِيرًا (64) خَالِدِينَ فِيهَا أَبَدًا لاَّ يَجِدُونَ وَلِيًّا وَلا نَصِيرًا (65) يَوْمَ تُقَلَّبُ وُجُوهُهُمْ فِي النَّارِ يَقُولُونَ يَا لَيْتَنَا أَطَعْنَا اللَّهَ وَأَطَعْنَا الرَّسُولا (66) وَقَالُوا رَبَّنَا إِنَّا أَطَعْنَا سَادَتَنَا وَكُبَرَاءنَا فَأَضَلُّونَا السَّبِيلا (67)
“Sesungguhnya Allah mela’nati orang-orang kafir  dan menyediakan bagi mereka api yang menyala-nyala [neraka], mereka kekal di dalamnya selama-lamanya; mereka tidak memperoleh seorang pelindungpun dan tidak [pula] seorang penolong. Pada hari ketika muka mereka dibolak-balikan dalam neraka, mereka berkata : Alangkah baiknya, andaikata kami ta’at kepada Allah dan ta’at [pula] kepada Rasul. Dan mereka berkata : Ya Rabb kami, sesungguhnya kami telah menta’ati pemimpin-pemimpin dan pembesar-pembesar kami, lalu mereka menyesatkan kami dari jalan [yang benar].” .   [Qs. Al-Ahzab (33) : 64-67].

B.     Bagian yang pertama dosa yang mengkafirkan, yaitu dosa yang Allah SWT. menamakannya kafir, yaitu dosa yang merusak dan mnghilangkan ashlul iman, dosa ini ada dua macam, yaitu :

Ø  Meninggalkan kewajiban dari kewajiban-kewajiban yang termasuk dalam ashlul iman, seperti tidak mau berikrar [mengucapkan] dengan dua kalimat syahadat, meninggalkan shalat dengan sengaja, hati yang tidak membenarkan kebenaran yang datang dari Allah SWT dan Rasul-Nya (yang disebut kafir dusta), hati  yang tidak membenarkan kebenaran yang datang dari Allah SWT dan Rasul-Nya, tapi mengucapkan dengan lisannya [maka disebut kafir nifak], dan hati yang tidak menyakini kebenaran yang datang dari Allah SWT dan Rasul-Nya disebut kafir syak [ragu], dan lain sebagainya dari kewajiban-kewajiban yang termasuk dalam ashlul iman, baik yang berasal dari perbuatan hati, lisan maupun angota badan.
Ø  Melakukan perbuatan yang haram yang bertentangan dengan ashlul iman, seperti menghina Allah Subhanahu Wata’ala dan Rasul-Nya, berdoa [meminta-minta] kepada selain Allah serta berhukum dengan selain apa yang diturunkan Allah SWT. Dan setiap perkara syariat mengkafirkan orang yang mengamalkan perkara itu, maka itu adalah perbuatan haram yang bertentangan dengan ashlul iman. Setiap orang yang melakukan dosa yang mengkafirkan, baik yang berupa meninggalkan kewajiban ataupun berbuat perbuatan yang haram, maka dia telah kafir sekedar meninggalkan kewajiban itu atau berbuat perbuatan yang haram itu. Adapun nash-nash [dalil-dalil] dan ijma’ itu adalah sebagai berikut, yaitu :

1.      Allah SWT berfirman, “Mereka [orang-orang munafik itu] bersumpah dengan [nama] Allah, bahwa mereka tidak mengatakan [sesuatu yang menyakiti Rasulullah]. Sesungguhnya mereka telah mengucapkan perkataan kekafiran, dan telah menjadi kafir sesudah Islam”. [Qs. At-taubah (9) : 74].
2.      Allah SWT berfirman, Orang-orang munafik itu takut akan diturunkan terhadap mereka sesuatu surat yang menerangkan apa yang tersembunyi dalam hati mereka. Katakanlah kepada mereka : “Teruskanlah ejekan-ejekanmu [terhadap Allah dan Rasul-Nya].” Sesungguihnya Allah akan menyatakan apa yang kamu takuti itu.
3.      Allah SWT berfirman, “Dan dia memasuki kebunnya sedang dia dhalim terhadap dirinya sendiri; ia berkata : “Aku kira kebun ini tidak akan binasa selama-lamanya, dan aku tidak mengira hari kiamat itu akan datang, dan sekiranya aku dikembalikan Rabbku, pasti aku akan dapat tempat kembali yang lebih baik dari pada kebun-kebun itu”. [Qs. Al-Kahfi (18) : 35-36]. Sesungguhnya temannya itu telah mengkafirkannya sekedar mengucapkan perkataan yang mengkafirkan, yaitu :  (Aku kira kebun ini tidak akan binasa selama-lamanya, dan aku tidak mengira hari kiamat itu akan dating).
4.   Allah SWT berfirman, “Sesungguhnya telah kafirlah orang-orang yang berkata : “Sesungguhnya Allah adalah Al-Masih putra Maryam”. Dan juga berfirman, “sesungguhnya kafirlah orang-orang yang mengatakan : “Bahwasannya Allah salah satu dari yang tiga”. [Qs. Al-Maidah (5) : 72-73). Dalam ayat ini Allah telah mengkafirkan orang-orang yang mengatakan perkataan yang mengkafirkan sekedar mengatakan perkataan kafir.
5.      Allah SWT juga berfirman, “Dan [ingatlah] ketika kami berfirman kepada para malaikat : “Sujudlah kamu kepada Adam”‘ maka sujudlah mereka kecuali iblis; ia enggan dan takabur dan adalah ia termasuk golongan orang-orang yang kafir”. [Qs. Al-Baqarah (2) : 34]. Allah SWT mengkafirkan iblis dengan perbuatannya, yaitu tidak mau sujud kepada Adam. Rasulullah SAW bersabda, “Antara seseorang dan kekafiran adalah meninggalkan shalat”. [HR. Muslim].
C.    Bagian kedua, dosa besar yang hanya memfasikan dan tidak mengkafirkannya, yaitu dosa besar yang terdapat dalam pelanggarannya suatu hukuman [had] di dunia atau ancaman di akhirat, tapi tidak ada nash/dalilpun yang mengkafirkan pelakunya dan menghukuminya dengan hukuman murtad, karena dosa-dosa ini hanya merusak al-iman al-wajib dan tidak merusak ashlul iman, oleh karena itu pelakunya hanya diancam dengan suatu ancaman [al-wa’id] dan tidak dikafirkan.  Dosa ini ada dua macam, yaitu :

1.      Meninggalkan kewajiban dari kewajiban-kewajiban yang masuk dalam al-iman al-wajib, yaitu seperti meninggalkan jihad di jalan Allah saat jihad telah menjadi suatu kewajiban atas setiap individu muslim, ini merupakan dosa besar apabila ditinggalkannya dan akan diancam orang-orang yang meninggalkannya. Allah SWT berfirman, “Jika kamu tidak berangkat untuk berperang, niscaya Allah menyiksa kamu dengan siksaan yang pedih”. [Qs. At-Taubah 9) : 39], tidak berkata yang benar dalam ucapan dan janji, tidak berbuat baik kepada ke dua orang tua, dan lain sebagainya dari kewajiban-kewajiban yang termasuk dari al-iman al-wajib.
2.      Melakukan perbuatan yang haram dari perkara-perkara yang haram yang masuk dalam al-iman al-wajib, seperti meminum minuman keras [khamer], berzina, mencuri, memakan riba, berdusta, ghibah, mengumpat-umpat dan lain sebagainya dari dosa-dosa besar yang masuk dalam al-iman al-wajib. Setiap orang yang melakukan dosa dari dosa-dosa tersebut diatas, maka dia itu adalah orang fasik dan termasuk dari orang-orang yang akan mendapat ancaman tapi tidak kafir. Orang seperti ini disebut juga Al-Fasik Al-Milli, yaitu orang dengan kefasikannya tetapi tetap sebagai orang Islam dan tidak keluar dari Islam dengan kefasikannya karena dalam diri orang tersebut masih ada ashlul iman. Berbeda dengan fasik akbar, yaitu yang mengeluarkan pelakunya dari Islam.

3.      PENGERTIAN DOSA MENURUT AGAMA HINDU
Karmaphala terdiri dari dua kata yaitu karma dan phala, berasal dari bahasa Sanskerta. "Karma" artinya perbuatan dan "Phala" artinya buah, hasil, atau pahala. Jadi Karmaphala artinya hasil dari perbuatan seseorang.
Kita percaya bahwa perbuatan yang baik (subha karma) membawa hasil yang baik dan perbuatan yang buruk (asubha karma) membawa hasil yang buruk. Jadi seseorang yang berbuat baik pasti baik pula yang akan diterimanya, demikian pula sebaliknya yang berbuat buruk, buruk pula yang akan diterimanya. Karmaphala memberi keyakinan kepada kita untuk mengarahkan segala tingkah laku kita agar selalu berdasarkan etika dan cara yang baik guna mencapai cita- cita yang luhur dan selalu menghindari jalan dan tujuan yang buruk.
Phala dari karma itu ada tiga macam yaitu:
1
Sancita Karmaphala
Phala dari perbuatan dalam kehidupan terdahulu yang belum habis dinikmati dan masih merupakan benih yang menentukan kehidupan kita sekarang.
2
Prarabda Karmaphala
Phala dari perbuatan kita pada kehidupan ini tanpa ada sisanya lagi.
3
Kriyamana Karmaphala
Phala perbuatan yang tidak dapat dinikmati pada saat berbuat sehingga harus diterima pada kehidupan yang akan datang.

Menurut ajaran agama (dharma) yang diwahyukan ke dunia dengan perantaraan para Maha Resi, maka segala baik buruk kegiatan (subha karma atau asubha karma) akan membawa akibat tidak saja di dalam hidup sekarang ini tetapi juga di akhirat (Surga dan neraka). Setelah atma (roh) dengan suksma sarira (badan astral) terpisah dari stula sarira (badan wadag) dan membawa akibat pula dalam penjelmaan yang akan datang (Punarbhawa), maka atma bersama dengan suksma sariranya bersenyawa lagi dengan stula sarira. Sang Hyang Widhi Wasa menghukumnya dengan hukum yang bersendikan Dharma. Dan Dia akan merahmati atma seseorang yang berjasa dan yang melakukan amal kebajikan yang suci (subha karma) dan Diapun akan mengampuni atma seseorang yang pernah berbuat dosa, bila ia tobat dan tawakal serta tidak akan melakukan dosa lagi.
Tuhan Yang Maha Tahu bergelar Yamadipati (pelindung Agung Hukum Keadilan) yang selalu menjatuhi hukuman kepada atma yang tiada henti- hentinya melakukan kejahatan atau dosa dan memasukkannya ke dalam neraka.

4.      PENGERTIAN DOSA MENURUT AGAMA BUDAH

A.    METTA (CINTA KASIH)

Sifat luhur yang pertama adalah Metta (cinta kasih) yang universal (menyeluruh terhadap semua makhluk. Metta bukan berarti cinta kasih yang dilandasi oleh nafsu atau kecenderungan pribadi, karena kedua hal ini akan menimbulkan kesedihan. Metta dapat diumpamakan sebagai: “ seorang ibu yang melindungi anaknya yang tunggal, sekalipun mengorbankan kehidupannya, seharusnya seseorang yang memelihara cinta kasih yang tidak terbatas itu kepada semua makhluk “. Nasihat sang Buddha tersebut adalah perasaan cinta kasih yang tidak didasarkan pada nafsu seorang ibu terhadap anaknya, melainkan keinginan yang murni untuk membahagiakan anaknya.
Sifat yang baik dan mulia adalah corak yang khas dari metta. Orang yang melatih metta selalu gembira dalam memajukan kesejahteraan orang lain. Pahala melaksanakan metta, al:
1. Orang yang penuh metta akan tidur dengan tenang dan bahagia.
2. Wajah berseri-seri.
3. Tidur dengan nyenyak
4. Dicintai banyak orang
5. Disayang oleh makhluk lain (termasuk binatang)
6. Kebal terhadap ilmu hitam (kecuali karma buruknya sedang berbuah)
7. Akan dilindungi oleh para dewa
8. Dengan mudah memusatkan pikirannya
9. Meninggal dengan tenang
10. Dengan pancaran cinta kasih bila meninggal wajahnya berseri-seri.

Cara melatih metta adalah :
Pertama kali metta harus dilatih terhadap dirinya sendiri. Ketika melatih metta pikiran harus tenang, positif, bahagia. Setelah itu ia harus merenungkan agar hidup tenang, terbebas dari penderitaan, kesakitan, kegelisahan, ketakutan, dan seterusnya dengan pikiran tidak melekat dengan apa yang kita pikirkan. Hal ini harus dilatih sesering mungkin agar mendapatkan hasil yang maksimal. Sang Buddha bersabda : “ Ditengah-tengah orang yang membenci, hendaklah seseorang hidup bebas dari kebencian”. Sasaran utama mengembangkan metta adalah terhadap semua makhluk.

B.      KARUNA (BELAS KASIHAN)
Sifat luhur yang kedua adalah Karuna (belas kasihan), yang dirumuskan sebagai sesuatu yang dapat menggetarkan hati ke arah rasa kasihan bila mengetahui orang lain sedang menderita, atau kehendak untuk meringankan penderitaan orang lain. Dalam Jataka diceritakan, Dimana Sutasoma sebagai seorang Bodhisatva telah mengorbankan dirinya demi menolong seekor macan betina kelaparan yang ingin memakan anak-anaknya sendiri yang masih kecil-kecil guna menghilangkan laparnya. Bodhisatva Sutasoma mencegah niat macan itu, dan sebagai gantinya ia memberikan tubuhnya sendiri untuk dimakan.
Sesungguhnya, unsur kasih sayang-lah yang mendorong seseorang menolong orang lain dengan ketulusan hati. Orang yang memiliki kasih sayang yang murni tidak hidup untuk dirinya sendiri, melainkan untuk semua makhluk. Orang-orang yang pantas kita beri belas kasihan tidak hanya orang miskin saja tetapi juga orang yang kejam, pendendam, serakah, irihati, pemarah, serakah, mau menang sendiri, sakit, senang dan lain-lain. Sasaran utama mengembangkan karuna adalah terhadap makhluk yang sengsara dan menderita.

C.    MUDITA (PERASAAN SIMPATI)
Sifat luhur yang ketiga adalah Mudita (perasaan simpati), yaitu ikut senang melihat orang lain senang atau perasaan gembira atas keberhasilan orang lain. Namun tidak bisa kita pungkiri bahwa sifat manusia yang menonjol adalah sifat irihati, karena untuk memberi ucapan selamat kepada orang yang berhasil tersebut kita tidak pernah melakukannya, jika ada jumlahnya sangat sedikit sekali. Salah satu cara untuk menghilangkan perasaan irihati ini adalah mengembangkan mudita, karena mudita dapat mencabut akar irihati yang merusak. Mudita juga dapat menolong orang lain mencapai kebahagiaan. Sasaran utama mengembangkan mudita adalah terhadap semua makhluk yang makmur dan sejahtera.

D.    UPEKKHA (KESEIMBANGAN BATIN)
Sifat luhur yang keempt adalah Upekkha (keseimbangan batin). Keseimbangan batin penting sekali terutama bagi umat awam yang hidup dalam dunia yang kacau balau, ditengah gelombang keadaan yang naik turun tidak menentu ini. Sang Buddha bersabda : “ Orang bijaksana tidak menunjukkan rasa gembira maupun kecewa dengan pujian dan celaan. Mereka tetap teguh bagaikan batu karang yang tak tergoyahkan oleh badai”. Demikianlah mereka melatih keseimbangan batin.
Contoh Cerita : Pada suatu ketika Sang Buddha diundang oleh seorang Brahmana untuk bersantap dirumahnya, oleh karena diundang, maka Sang Buddha datang ke rumah Brahmana tersebut, tetapi ia bukannya menjamu Sang Buddha, melainkan malah mencerca Sang Buddha dengan kata-kata yang sangat kotor. Sang Buddha dikatakan seperti babi jalang, anjing, buaya, bangsat, dan sebagainya. Tetapi Sang Buddha tidak sedikitpun merasa terkejut, marah, membantah, dan sang Buddha sama sekali tidak dendam.

E.     SIGALOVADA SUTTA
1.      Sigalovada Sutta adalah khotbah yang berisi wejangan/nasehat Sang Buddha kepada seorang pemuda bernama Sigala, putra seorang kepala keluarga yang tinggal di Rajagaha.
2.      Orang tuanya adalah penganut agama Buddha yang taat dan berbakti kepada Sang Buddha, tetapi tidak berhasil mengajak putranya mengikuti jejaknya.
3.      Berbagai usaha telah dilakukan agar Sigala mau bertemu dengan Sang Buddha tau siswa-siswanya untuk mendengarkan dhamma.
4.      Sigala beranggapan bahwa tidak ada gunanya mengunjungi Sang Buddha dan sangha(perkumpulan para bhikkhu dan bhikkhuni), karena hal tersebut tidak mendatangkan keuntungan materi, bahkan akan mengakibatkan kerugian materi.
5.      Pikiran Sigala hanya tertuju pada kesejahteraan materi dan beranggapan kegiatan mental spiritual tidak ada gunanya.
6.      Ketika ayahnya akan meninggal dunia, Ia berpesan agar Sigala melaksanakan permintaannya untuk menghormat enam penjuru pada waktu pagi-pagi sekali(subuh)
7.       Ayahnya meminta Sigala melakukan hal tersebut dengan harapan agar suatu ketika Sang Buddha atau para siswanya melihat dan berkesempatan untuk memberikan dhamma yang sesuai dengan Sigala.
8.      Pada suatu ketika Sang Buddha berdiam di hutan bambu dekat Rajagaha, dan melihat Sigala dengan pakaian dan rambut yang basah melaksanakan pesan ayahnya untuk memuja enam arah, meskipun tidak tau apa artinya dan ia melakukan sebagai rasa bakti dan penghormatan terhadap ayahnya.
9.      Sang Buddha memberitahu Sigala bahwa dalam ajaran-Nya tentang Ariyasa Vinaya(peraturan ariya), enam penjuru itu mempunyai arti :
a. Arah Timur berarti menghormati orang tua
b. Arah Selatan berarti menghormati guru
c. Arah Barat berarti menghormati anak dan istri
d. Arah Utara berarti menghormati sahabat
e. Arah Atas(Zenith) berarti menghormati rohaniawan
f. Arah Bawah(Nadir) berarti menghormati pelayan/karyawan

Ke-enam kelompok ini dalam agama Buddha diperlakukan sebagai sesuatu yang pantas dihormati dan dijaga.
10.  Bagaimana cara menghormat atau menjaga mereka? Sang Buddha bersabda bahwa kita dapat menghormat mereka dengan cara melaksanakan kewajibannya dengan baik dan benar. Terdapat 14 aspek negative yang harus dihindari oleh kita antara lain :
a. Empat cacat tingkah laku, antara lain : melakukan pembunuhan, melakukan pencurian, berhubungan kelamin(berzinah), berkata yang tidak benar.
b. Empat dorongan melakukan kejahatan, antara lain : nafsu keinginan, kebencian, ketakutan, kebodohan.
c. Enam saluran menghabiskan kekayaan, antara lain : minuman keras, judi, keluyuran tidak pada waktunya, bergaul dengan wanita/pria penghibur, memiliki teman yang jahat, malas.
11.  Aspek positif yang harus kita kembangkan adalah melaksanakan kewajiban timbal balik kepada mereka, antara lain :

a)      Kewajiban anak terhadap orang tua, yaitu:
 
Ø  Mendengarkan nasehatnya
Ø  Membantu orang tua dalam keadaan senang dan susah
Ø  Menjaga nama baik orang tua
Ø  Menghormati dan menjaga nama baiknya.

b)      Kewajiban orang tua terhadap anak, yaitu :

Ø  Memberikan pendidikan yang baik
Ø  Memberikan warisan kepada anaknya pada saat yang tepat
Ø  Menganjurkan anaknya berbuat kebaikan
Ø  Mencegah anaknya melakukan perbuatan yang tidak baik


c)      Kewajiban guru terhadap murid, yaitu :

Ø  Menjaga nama baik muridnya
Ø  Memberikan nasehat, petunjuk yang baik
Ø  Memberikan ilmu yang telah dimiliki
Ø  Menjaga muridnya dari bahaya

d)     Kewajiban murid terhadap guru, yaitu :
 
Ø  Menegur atau memberi salam bila bertemu
Ø  Bertekad untuk belajar yang sungguh-sungguh
Ø  Mengerjakan tugas yang telah diberikan
Ø  Memperhatikan dengan baik ketika belajarØ









TENTANG PENGERTIAN  DOSA MENURUT  SUKU TIMOR, AGAMA ISLAM, AGAMA HINDU,DAN AGAMA BUDHA




Tidak ada komentar:

Posting Komentar